How to Lead in a Crisis Situation

Professor Ranjay Gulati, one of the most respected professors at Harvard Business School, aptly described COVID-19’s crisis situation as quite unique and definitely unprecedented. Hitting most…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Mungkin Saja Benar

Politik adalah seni memperjuangkan hak publik.

Akhir-akhir ini hujan kerap mengguyur. Tapi kemeriahan pemilu memanaskan beberapa ruang dalam kehidupan.

Ditengah keriuhan tanding ulang Jokowi dan Prabowo pada pemilihan Presiden. Bagi saya kehadiran anak muda dalam kontestasi pencalonan legislatif lebih menarik perhatian.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) seakan identik dengan maskulinitas para pria dan dominasi politikus senior didalamnya. Seolah menyatakan bahwa “anak muda nanti saja. Belajar yang benar dan cari pengalaman dulu diluar sana. Baru datang kemari”. Mudah-mudahan hanya prasangka yang salah atas kekhawatiran terhadap realitas selama ini.

Namun, kekhawatiran tersebut perlahan memudar. Salah satunya sejak menyaksikan kehadiran Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dalam persaingan merebut hati rakyat pada pemilu 2019. Terlepas dari perbedaan pandangan atas beberapa nilai yang mereka perjuangkan. Salut apresiasi kepada PSI atas keberanian memberikan kesempatan yang luas bagi anak muda dan perempuan untuk turut menyediakan opsi bagi warga Indonesia menjadi wakil mereka di DPR.

Mari melihat nama-nama seperti Tsamara Amany Alatas yang baru berusia 22 tahun. Lalu, Dara Nasution berusia 23 tahun dari Dapil Sumatera Utara III. Diluar PSI, ada nama Faldo Maldini selaku wasekjen Partai Amanat Nasional (PAN) yang usianya 28 tahun. Dari partai Nasdem ada Davin Kirana, 23 tahun, Dapil Jakarta II. Selanjutnya, Ravindra Airlangga dari Golkar, 27 tahun, Dapil Jabar V. Dan sederet politisi muda lainnya. Bahkan seseorang yang sangat dekat, yaitu ayah saya yang baru berusia 24 tahun pernah maju bersama PAN dalam pencalonan legislatif anggota DPRD Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi pada 1999. Sayangnya hak beliau yang sudah pasti mendapatkan satu kursi di fraksi DPRD harus terlewatkan. Waktu itu terlalu sibuk mengurus pekerjaan sebagai konsultan tuturnya.

Bagaimana bila kemudian tidak terpilih? Saya kira segala bentuk proses dari pencalonan saja akan memberikan banyak pengajaran dalam menyelami kondisi masyarakat dan situasi bangsa. Bahkan menjadi modal pribadi dalam mengarungi kehidupan sebagai warga negara Indonesia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat.

Pada akhirnya saya berharap. Semoga saja 2024, Tuhan membuka jalan untuk lebih banyak lagi anak muda agar berani turun lebih awal ke gelanggang pengabdian masyarakat di parlemen. Serta benar-benar menjadikan politik sebagai seni memperjuangkan hak publik.

Lantas apakah semua hal diatas turut menumbuhkan keberanian serta memantik keinginan saya mengabdikan diri sebagai pelayan rakyat menuju parlemen Senayan pada 2024 nanti? Mungkin saja iya.

Bismillah!

Add a comment

Related posts:

bitrabbit Exchange Excellence

BITRABBIT is a gateway platform and exchange for cryptocurrency and Crypto-ecosystem located in CHINA. BITRABBIT provides system functions that are as diverse as spot trading, futures trading…

Why Process Mining Is Important

You might have heard about various tools under the term Process Mining which is apparently a key component for digital transformation. Whereas the term delights itself of huge interest in Europe, it…

Bumble Hole and Delph Locks

Welcome to a brief if still bright and breezy edition of my UK travels this summer and as these two quintessentially English locations are just three miles apart, I’ve condensed them into a tightly…